Dijaman purba, sungai Bengawan Solo tidak seperti sekarang mengalir ke utara akan tetapi ke arah selatan. Dengan adanya pergerakan lempeng bumi bagian selatan yang mendesak ke atas menyebabkan ketinggian pulau jawa bagian selatan terangkat naik. Perbedaan ketinggian ini menyebabkan perubahan susunan lanscape bumi termasuk diantaranya arah aliran sungai bengawan Solo yang tidak lagi ke selatan.
Sejak beberapa ratus ribu tahun yang lalu, bagian hulu sungai bengawan Solo mengering dan berubah menjadi lembah kering. Tanda alam jika dahulu lembah kering Sungai Purba Giritontro merupakan sungai besar adalah masih banyak dijumpai makhluk air yang sudah berubah menjadi fosil.
Kini area Hulu sungai Bengawan Solo Purba telah dijadikan sebagai salah satu situs fenomena karst Gunung Sewu Geo Area Wonogiri. Situs karst ini merupakan bagian utara dari sistem lembah kering karst Giritontro-Sadeng yang sangat fenomenal.
Pembentukan lembah difasilitasi oleh pengikisan dan sistem retakan pada batu gamping yang berlangsung sejak beberapa ribu ratus tahun yang lalu (plistosen tengah). Tidak seperti bagian selatan, tidak dijumpai fenomena undak sungai.
Lestarikan budaya lokal, sebagai bagian dari kekhasan budaya
Bengawan Solo Purba , berhulu di Wonogiri Bermuara di pantai selatan Gunungkidul.
Bengawan Solo sekarang, berhulu di Wonogiri Bermuara di pantai utara Gresik